Berikut ini cerita dan kisah nyataku yang pernah diguna2 atau pelet. Suatu hal yg membuatku tejerumus ke kondisi yg cukup nista. Walau saudaraku sudah bisa membuatku terlepas dari pengaruh guna2 tersebut, tapi secara sex…. Boleh dibilang aku masih menyukainya sampai sekarang.
Aku mirip Vina, yg membedakan Vina bersuara indah dan lebih cantik. Sedangkan aku bertubuh tinggi (171 cm), agak hitam sedangkan lainnya sama. Rambutku ikal panjang, dan dadaku 36C. Aku telah bersuami namun belum memiliki anak walaupun sudah 2 tahun menikah. Suamiku normal2 saja, yg bermasalah memang aku karena pernah ditemukan myom dan sampai sekarang masih perawatan.
Aku tidak bekerja di kantor lagi, tapi membuka sebuah restoran kecil2an. Nasibku berubah sejak aku memiliki seorang karyawan sebut saja Mardi. Mardi orangnya biasa2 saja tak ada yg istimewa dari dia. Suatu saat pembantuku pulang sehingga pekerjaan rumah banyak menyita waktu pagiku. Aku sering datang telat sehingga pelangganku yg biasanya sarapan sebelum ngantor jadi sering complain. Mardi menawarkan agar dia yg menggantikan posisi pembantuku yg pulang.
Karena di restoran Mardi juga Cuma bertugas bersih2 dan cuci2 piring dan gelas akhirnya aku setujui. Awalnya tidak ada yg aneh. Bahkan aku senang saja dengan kerja Mardi yg cukup cekatan. Semua pekerjaan rumah cepat diselesaikan. Sebelum jam makan siang Mardi sudah bisa datang di restoran. Saat aku pulang, rumah bersih semua piring dan gelas selesai di cuci, cucian baju sudah kering dan disetrika. Pokoknya ok. Akupun tidak masalaha saat pembantuku mengabari aku kalau dia tidak bisa kembali lagi karena hendak dinikahkan orangtuanya.
Suatu hari saat suamiku sudah berangkat kantor, dan aku selesai memasukkan beberapa masakan ke mobil bersama karyawan yg lain, aku sempatkan menuju ruang atas tempat mencuci dan jemuran. Aku kaget melihat Mardi sedang beronani menggunakan celana dalamku. Aku melihat celana dalamku digenggamnya di penisnya sedangkan BH ku dicium2nya. Mungkin dia pikir aku sudah berangkat, aku terkesima melihat kejadian itu apalagi saat penis itu meledak dan diarahkan cipratan sperma itu pada kaos merah yg aku pakai kemarin. Terus terang jijik sekali aku melihatnya sehingga aku melangkah balik keluar rumah. Saat aku sudah di mobil dan akan berangkat aku tau Mardi melihatku dari salah satu jendela kamar atas.
Siangnya saat dia datang, aku dan dia lebih banyak diam. Kayanya dia tau kalau aku tau apa yg dia lakukan tadi. Saat aku berkerja akupun jadi gak enak. Apalagi sekarang aku merasa kalau aku sedang jongkok atau sedang apalah yg posisi tubuhku agak kurang baik, Mardi pasti memperhatikanku. Ohh jadi selama ini Mardi begitu pikirku. Aku bingung bagaimana aku bicara dengan Mardi, karena aku risih dan aku harus pecat dia pikirku.
Sorenya Mardi mendatangi mejaku. Dengan baik2 dia minta maaf atas kelakuannya dan dengan suka rela dia mengundurkan diri. Aku benar2 tidak bisa berkata apa2. Mardi Cuma minta tolong kalau bilang ke karyawan yang lain Mardi pamit pulang kampung sebentar. Baru setelah di kampung dia akan bilang ke teman2nya kalau dia tidak boleh balik lagi ke Jakarta oleh orang tuanya. Aku sanggupi saja, setelah itu dia pulang.
Esok paginya saat aku mencuci bajuku sendiri, aku benar2 jijik jangan2 semua baju dalamku sudah dipakai onani oleh Mardi. Aku putuskan untuk aku buang saja. Saat aku kumpulkan semua baju dalamku aku baru sadar kalau sepertinya ada beberapa baju dalamku yg hilang. Pastinya dicuri Mardi pikirku. Yah sudahlah mau diapakan lagi pikirku.
Kejadian aneh pertama yg aku alami adalah mimpi. Mimpi aneh pertama adalah tiba2 seolah2 Mardi datang dan memintaku mengikutinya pergi. Aku mengikutinya seperti diajak pacar jalan2. Esoknya mimpi begitu lagi dengan cerita kurang lebih sama. Kejadian aneh ke dua adalah saat salah seorang karyawanku mengabari aku bahwa Mardi akan kembali minggu depan dan aku biasa2 saja. Bahkan saat dia telpon akupun tidak marah dan mengatakan padanya kalau aku minta jangan terlalu lama di kampung. Tidak sampai seminggu Mardi datang ke restoran. Akupun diam saja dan mempersilahkan dia bekerja lagi. Aku juga sempat mencicipi minuman legen dan temulawak oleh2 dia dari kampung.
Jam 8 malam setelah restoran bersih Mardi dan aku pulang ke rumah. Memang sejak dia menggantikan posisi pembantuku dia ikut aku pulang dan tidur di kamar pembantu. Seperjalanan aku biasa2 saja. Tidak marah juga waktu Mardi tanya bagaimana apakah aku sudah bisa memaafkan dia. Aku juga menjawab sudah aku maafin.
Sesampai di rumah, suamiku sudah datang dan Mardi dengan sigap menurunkan semua tempat makanan dari mobil. Sebetulnya aku tidak masak di rumah. Tapi aku membawa makanan dari restoran untuk suamiku makan malam. Tapi kalau suamiku bisa pulang cepet dia kadang menjemputku ke restoran.
Selesai mandi, aku kebelakang hendak menyimpan baju kotor ke tempat cucian. Aku sempat berpapasan dengan Mardi yang baru saja selesai mencuci piring. Diapun menawarkan agar dia saja yang membawakan baju itu ke tempat cucian di atas. Aku diam saja walaupun sempat terbayang lagi apa yg akan dilakukan Mardi dengan baju2 ku tersebut.
Rasa penasaran atas apa yg akan dilakukan Mardi atas bajuku membuatku malam2 sengaja tidak tidur dulu dan sekitar jam 1 malam aku ketempat cucian. Dan benar saja tidak ada bajuku di sana. Baik di dalam mesin cuci atau di keranjang baju kotor. Aku sempat melewati kamar Mardi kamar itu gelap dan pasti Mardi sudah tidur.
Esoknya hal itu terjadi lagi. Mardi sigap menerima baju kotorku. Saat karyawanku yg lain datang menjemputku aku tidak melihat batang hidung Mardi. Pasti dia sedang beraksi di atas seperti biasanya.
Hari itu aku melayani pelanggan dengan agak malas2an. Berkali2 aku mengkap basah Mardi sedang memperhatikan aku yg sedang duduk di meja kasir. Aku diam saja melihatnya walaupun kadang2 saat pandangan kita beradu Mardi sama sekali tidak malu2 memandangku. Saat aku menyuruhnya membeli kertas pembungkus akupun tau saat dia diajak bicara pandangannya kadang2 mengarah ke dadaku. Saat mencuci piringpun dia sambil jongkok menatap lekat2 kearahku. Sepertinya dia sedang memperhatikan aku yg hari itu menggunakan rok.
Melihat Mardi seperti itu sebetulnya aku agak risih. Tapi saat itu aku ingat betul aku sama sekali tidak ingin menegur atau memarahi kekurangajaran dia.
Keesokan harinya Mardi kegirangan saat dia tau bahwa minuman oleh2nya sudah mau habis. Kalau legen sudah habis dari kemarin dan siang itu karena panas aku meminum temulawaknya dengan menggunakan es batu. Mardi meminta 2 botol bekas legen dan temulawaknya kepadaku, alasannya dia mau isi lagi dengan yg ada di dirigen. Aku bilang tidak usah karena aku tau itu jatah oleh2 untuk yg lainnya. Tapi Mardi tetap memberikan lagi segelas es legen kepadaku Cuma rasanya agak asin kali ini, mungkin sudah agak basi pikirku. Mardi terus menatapku meminum legen itu. Dia tersenyum2 saat melihat legen itu hanya tinggal sedikit. Dia menghampiri aku dan memintaku meminumnya habis karena akan mencuci gelasnya. Saat aku menenggak habis minuman itu aku merasa dia lagi2 menatap dadaku.
Sejak saat itu Mardi makin berani. Keesokan paginya seperti biasa selesai aku mandi aku hendak memasukkan baju kotorku di atas. Di tempat cuci baju di lantai 2 aku kaget. Lagi2 aku melihat Mardi sedang onani dengan menggunakan baju dalamku. Dia diam saja saat melihatku datang. Aku melihatnya tak menggunakan celana. Aku bergidig melihatnya begitu tapi tak kuasa melakukan apa2. Bahkan melihatnya hingga selesai. Mardi menghampiri aku, mengambil baju kotor dari genggamanku. Tangannya masih belepotan sperma dan sempat menyentuh tanganku juga. Aku tertegun melihatnya begitu. Setelah memasukkan bajuku ke mesin cuci bersamaan dengan baju dalam yang tadi, Mardi menghampiriku. Tanpa berkata2 dibersihkannya penisnya dengan daster yg aku pake hingga bersih. Mardi mecium leherku, karena aku diam saja, Mardi menjilatinya. Mardi menepak pantatku sambil berkata agar aku turun dan segera berpakaian. Saat itu suamiku masih ada dan belum berangkat kantor.
Saat aku berdandan aku bingung, apa yg telah terjadi. Perasaanku berdebar dan selalu terngiang2 wajah Mardi dan tubuh telanjangnya tadi. Saat suamiku pamitanpun aku hanya diam saja. Bahkan ketika karyawanku yg lainnya datang dan hendak beres2 persiapan ke restoran aku masih bengong. Aku tidak memberi perintah apapun padanya dan segera kembali ke kamar. Aku melanjutkan berdandan, aku berdandan cukup cantik kali itu, karenanya agak bingung mau pake baju apa. Akhirnya pilihanku jatuh pada kaos merah yg pernah dipakai onani oleh Mardi dengan rok jeans pendek. Ahh ini pasti akan membuat Mardi senang.
Pada saat aku keluar kamar aku mendengar Mardi becanda dengan teman2nya dan membantu menyiapkan barang bawaan. Aku jadi ragu untuk keluar. Baru setelah supir restoran mengeluarkan mobil dan menunggu di luar aku siap2 hendak berangkat. Mardi yang sempat ketemu berpapasan menatapku penuh arti dan aku bergegas berangkat.
Di restoran aku benar2 jadi pendiam, seperti menunggu saat Mardi datang. Tapi saat Mardi datang aku malah makin diam. Hingga salah seorang karyawanku mengira aku sakit. Sepanjang hari aku ingin tau apa yg dilakukan Mardi. Apalagi kalau Mardi sedang memandangku aku ingin tau dia lihat apanya. Berkali2 aku berpandang2an dengannya. Saat Mardi mencucipun aku tau dia menatapku dengan pandangan yg tak lepas ke arahku seolah2 pandangan itu menelanjangi seluruh tubuhku. Mardi yang jongkok dibawah menatapku yg sedang duduk di kursi kasir yang letaknya tak jauh darinya. Aku tau dia mengintip rokku.
Sore itu aku juga malas2an di restoran bahkan sempat agak ketiduran di meja kasir. Mardi menawarkan mengantarku pulang menggunakan motor karena dia tidak bisa nyetir mobil. Selain itu mobilnyapun memang kadang2 diperlukan untuk keperluan lainnya.
Dengan menggunakan motor Mardi memboncengku. Aku duduk dibelakang, aku tau bagaimana senangnya dia bisa memboncengku. Dia sempat memintaku merubah posisi dudukku dari menyamping menjadi menghadap kedepan. Tanganku yg tadinya aku silangkan agar dada ini tak mengenai punggungnya dipindahkannya kepinggangnya. Sehingga berkali2 dadaku menempel dipunggungnya. Mardi makin berani dengan meremas2 tangan kiriku, karena aku diam saja maka tanganku diarahkan ke penisnya yg sudah tegang. Aku kaget dan segera menariknya cepat2. Aku malu takut diliat orang.
Sesampai di rumah tanpa babibu Mardi langsung menyerbuku, mendekapku dan menciumi leherku. Aku sempat sedikit menolak, tapi aku tak mampu berkata2. Mardi merebahkan aku di sofa, dan kali ini dia menciumi bibirku dengan penuh nafsu. Aku memang lebih tinggi dari Mardi dan itu yang menyebakan Mardi dari tadi hanya menciumi leherku sambil menjilatinya. Tapi kini dia berada di atasku sambil dengan ganasnya menciumi bibirku dan menjilati wajahku. Tangannya sudah berada di dadaku dan menyelinap dibalik Bhku. Puas dengan menciumi aku, Mardi membuka kaos merahku dan memandang tubuhku yang setengah topless di depannya. Buru2 dia membuka Bhku dan setelah itu dia menatap dadaku yang terbuka tanpa penutup apapun didepannya. Dipegang2nya putting susuku. Kemudian dia berdiri dan membuka celananya hingga terlihat jelas penis itu. Dia memintaku duduk di sofa dan memintaku menjepit penisnya dengan susuku. Sementara tangannya memegang kepalaku sambil membelai2 rambutku. Nafsuku membara dan akupun menciumi perutnya hingga penis itu makin tegang.
Mardi gantian duduk, memintaku berdiri dan membuka rokku dan celana dalamku. Kini aku berdiri telanjang bulat di depan Mardi. Tangan Mardi mencengkerang vaginaku dengan gemas. Dimasukkannya dua jarinya ke vaginaku. “Masukkin….”perintahnya. Baru kali ini terdengar suaranya. Sejak tadi memang kami tidak berkata2 walaupun sudah banyak dan cukup jauh perbuatan kami. Aku mengikuti perintahnya duduk dipangkuannya dan meraih penis itu untuk dimasukkan ke vaginaku. Tanganku gemetar saat memasukkan penis itu ke vaginaku. Saat baru kepalanya masuk ke vaginaku, aku terpekik karena Mardi tiba2 mendorong dari bawah. Penis itu berhasil masuk, tapi hanya setengah.
“sepong dulu….” Perintah kedua meluncur dari Mardi. Aku berdiri melepas penis itu. Aku bersimpuh di depan Mardi yg duduk di sofa. Pertamanya agak ragu hingga Mardi menyentak2an penis itu ke wajahku. Akupun menyepongnya. Nafsuku makin membara merasakan susuku beradu dengan bulu kakinya. Tak lama Mardi memintaku bangkit dan memasukkan lagi penisnya. “ayo aku udah gak tahan”.
Kembali aku duduk di atas pangkuannya, aku pegang penis itu dan kuarahkan ke vaginaku. Penis yg sudah basah itu akhirnya masuk dengan sempurna di vaginaku. Aku memeluknya dan tidak berani menatap wajahnya. Lama tak ada reaksi dari Mardi yang sedang menikmati mimpinya yg jadi kenyataan hingga karena aku sudah penuh dengan nafsu, dan perlahan2 aku menggoyangkan pinggulku. Uhhhhh aku benar2 menyyerahkan segalanya.
Tangan Mardi mulai memeluk dan meraba2 punggungku. Sementara mulutnya menciumi kedua putting susuku bergantian. Aku semakin dibakar nafsu dan makin mempercepat goyanganku. Mardi mengerang2 keenakan sambil mendesis2 setiap penis itu aku tekan jauh ke dalam sambil sedikit aku jepit. Tangan Mardi mencengkeram erat punggungku. Jilatan Mardi di susuku membuatku menggelinjang2 keenakan juga. Mardi sedikit2 mengimbangi goyanganku dengan sodokan2 dari bawah, aku mulai merasakan nikmatnya persenggamaan ini. Suaraku dan Mardi bersaut2an menahan kenikmatan. Mardi mulai meracau, menyumpahi kenikmatan goyangan dan jepitan vaginaku serta indahnya payudaraku yang sudah penuh dengan jilatan2nya.
Kami tetap dalam posisi seperti itu dan tak ada tanda2 Mardi ingin merubah posisi. Mardi mencium bibirku, lidahnya menjulur masuk ke rongga mulutku. Tiba2 tangan Mardi mencengkeram kuat dan diapun mengejang hebat. Sretttttt sretttt sretttt, penis itu meledak hebat di vaginaku. “Nggggghhhhh……Ditaaaaa”. Mardi meringis. Sedikit saja aku bergoyang lagi dia sudah mencengkeram pantatku kuat2. Penisnya ditekannya dalam2. Terasa sekali **an2 spermanya dalam vaginaku.
Lama kami hanya berpelukan, dan sekali2 berciuman, hingga penis itu mengecil, aku pun beranjak ke kamar mandi. Mardi mengikutiku dari belakang, ketebak maunya mandi bareng. Sambil diguyur air shower kami saling menyabuni. “aku suka banget sama toket ini…” kata Mardi. “Kok yg disabuni itu aja?” tanya aku. Mardi nyengir dan mulai menyabuni yg lain. Dan tanganku diambilnya supaya menyabuni penisnya. “tadi itu… yang pertama buat aku”. Kata-kata Mardi yang lirih itu membuatku kaget. Aku diajak men gila/selingkuh sama pejaka ting-ting???? Pantes dia tadi pasrah gak ngapa2in.
Memang Mardi paling hanya berumur 20 tahunan, gak tau deh. Tapi aku pikir kemaren2 dia segila itu karena sudah pengalaman. Duhhhhh……
Mardi mendekapku lagi. Badanku dan badannya yg penuh sabun itu berdekapan dan membuat dadaku geli sekali. Penis Mardipun menegang lagi, dan aku mengusap2nya. Sudah hilang pikiranku yang tadi apa lagi rasa tidak terima dipermainkan karyawanku sendiri yg masih polos ternyata. Aku merebah di bathtub dan Mardipun menindihku. Aku bantu penisnya yg sudah tegang lagi itu mengarah ke vaginaku yg rasanya sudah basah lagi. Aku tuntun penis tak berpengalaman itu, dari pada salah kamar. Dengan mulus penis berukuran normal itu masuk ke vaginaku. Apalagi masih licin oleh busa sabun yg banyak. Aduh rasanya lumayan membuatku geli. Mardi kini nampak lebih buas. Dengan posisi misionaris nampaknya dia bis menguasai irama permainan. Apalagi sapuan sabun ditubuhku terutama di dadaku membuat aku makin geli. Mardi mencium dan menjilati wajahku. Sedangkan tubuh kurus hitam itu terus menggenjotku. Aku akhirnya bisa menikmati juga semuanya, terutama waktu aku naikkan kakiku kebahunya. Aku mulai merintih2, melihat itu Mardi sering menghentakkan dalam2 penisnya. Lama2 tak hanya dihentakkan tapi diputar2nya sedikit apalagi melihatku keenakkan begitu. Tak lama aku mulai merasa diuncak, aku pegang2 sendiri putingku. 5 kali hentakkan akupun ambroll dalam posisi penis Mardi jauh di dalam. Hujaman itu tak ditarik2nya hingga aku meminta sedikit dilonggarkan…. Ehhh malah dicabut.
Mardi berdiri dibersihkannya penis itu dengan shower, kemudian diarahkannya kemulutku. Aku mengikuti keinginannya. Baru saja aku menjilatinya dan mengulum dalam2 dia sudah meringis2 gak karuan. Dan benar saja tak lama aku sepong2 penis itu sudah meledak2 ditenggorokanku. Kali ini rasanya tak sebanyak yang pertama. Aku cabut dari mulutku karena Mardi sudah ampun2an kegelian saat lidahku menyapu kepala penisnya. Di**kannya sebagian sperma itu ke dadaku.
Begitulah awal cerita hubungan gelapku dengan Mardi. Tidak sampai 3 bulan hubungan gelap ini terbongkar. Entah karena Mardi yg ceroboh atau memang sengaja. Tahun 2006 lalu aku cerai dengan suamiku. Aku tinggal di restoranku bersama Mardi. Tapi kami tidak sempat menikah, sebelum masa Iddahku berakhir, karyawanku yg lain yang sekampung dengan Mardi bersama mantan suamiku berhasil membebaskan aku dari pengaruh guna2 Mardi.
Kini Mardi entah di mana, aku masih tinggal di restoranku. Baik aku dan mantan suamiku sama2 tidak berniat bersatu. Berikutnya akan aku share bagaimana petualanganku setelah hidupku rusak oleh Mardi, dan bagaimana aku melampiaskan kehausanku.